Salam Inovasi,
Pada artikel kali ini saya ingin membahas tentang satu
inovasi yang digagas oleh salah satu puskesmas di kabupaten Banggai yaitu
puskesmas Simpong. Inovasi yang dinamai oleh kepala puskesmas Simpong dengan
nama “SIMPEDA” (Simpong peduli darah) merupakan inovasi yang fokus kepada
pencegahan penyakit Hipertensi (darah tinggi) dimasyarakat.
Terobosan ini dilakukan didasari fakta masih banyaknya
persoalan kesehatan khususnya penyakit Hipertensi ditengah masyarakat seperti:
tingginya angka penderita Hipertensi dan komplikasinya (Stroke, Jantung dan
gangguan ginjal), minimnya kunjungan kepuskesmas, tingginya angka kecacatan
fisik dan kematian yang diakibatkan oleh Hipertensi dan tingginya kasus rujukan
penderita ke rumah sakit merupakan persoalan utama yang harus segera dicarikan
solusinya oleh pihak puskesmas.
Data tahun 2017 menunjukkan penderita Hipertensi
diwilayah pelayanan puskesmas Simpong berjumlah 542 orang. Selain itu, angka
penderita penyakit Hipertensi (stroke, jantung dan gangguan ginjal) berada pada
angka 22 orang (stroke), 5 orang (jantung) dan 6 orang (gangguan ginjal). Juga
masih kurangnya kunjungan penderita Hipertensi berada dikisaran angka 40 % (241
orang) dari target kunjungan 100 % (542 orang). Data juga menjelaskan adanya 10
kasus kecatatan fisik akibat Hipertensi dan adanya 5 kasus kematian akibat Hipertensi
serta adanya 680 kasus rujukan pasien Hipertensi dan komplikasinya ke rumah
sakit.
Salah seorang warga yang telah merasakan manfaat SIMPEDA |
Sehingga pada tanggal 24 Nopember 2018, pihak puskesmas
bersama pemangku kepentingan lainnya seperti: pemerintah kecamatan, pemerintah
kelurahan dan desa, pemuka agama, pihak lembaga pemasyarakatan,tokoh wanita,
bhabinkamtibmas, babinsa mencanangkan inovasi ini.
Program inovatif ini dalam pelaksanaannya melakukan pemeriksaan
langsung tekanan darah dengan cara
jemput bola kepada masyarakat dan aparat pemerintah yang berada
difasilitas-fasilitas publik seperti: kawasan perkantoran, pasar, rumah ibadah
(masjid dan gereja), lembaga pemasyarakatan (lapas),serta sekolah.
Yang menarik dari program ini adalah adanya aksi simpeda
di lembaga pemasyarakatan (lapas). Hal ini di karenakan wilayah lapas yang
berada dalam wilayah pelayanan puskesmas Simpong, sehingga berawal dari adanya
kesepahaman bersama dalam bentuk Memorandum Of Understanding (MoU) antara
puskesmas dan pihak lapas,maka para warga binaan mendapatkan pelayanan langsung
pemeriksaan tekanan darah oleh puskesmas.Serta adanya perekrutan warga binaan untuk menjadi kader peduli darah menjadi sisi inovatif lainnya dalam program ini.
Setelah kurang lebih 2 tahun program ini dilaksanakan
telah berhasil memberikan dampak positif diantaranya; meningkatnya masyarakat
pada usia produktif yang terdeteksi dini menderita Hipertensi, penurunan angka
kecacatan fisik serta kematian akibat Hipertensi dan meningkatnya partisipasi
masyarakat penderita Hipertensi untuk berobat secara teratur di puskesmas.
Inovasi ini memberikan pelajaran bahwa hak paling asasi
dari warga negara untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mutlak diberikan oleh
pemerintah tanpa membedakan status sosial dari masyarakat. Adanya pelayanan
pemeriksaan tekanan darah di lembaga pemasyarakatan bagi para warga binaan
merupakan bukti nyata keberpihakan pemerintah kepada masyarakat yang secara
hukum negara dibatasi hak kebebasannya akibat konsekuensi dari pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh warga binaan.
Kedepan, program ini harus senantiasa mendapatkan support
dari semua pihak karena terobosan ini terbukti efektif menurunkan prevalensi
penyakit Hipertensi di tengah masyarakat.(*).