Sobat
Blogger.
Tenun Nambo merupakan salah satu produk kerajinan khas
lokal yang telah ada sejak dahulu di Kabupaten Banggai. Kerajinan ini telah
sejak lama dikembangkan oleh masyarakat secara turun temurun dengan menggunakan
alat tradisional menenun atau sering disebut alat tenun bukan mesin (ATBM).
Oleh Pemerintah Kabupaten Banggai dibawah kepemimpinan
Bupati Banggai Ir. H.Herwin Yatim, MM dan Wakil Bupati Banggai Drs. H. Mustar
Labolo menjadikan kerajinan tenun nambo ini sebagai salah satu program
prioritas pembangunan dalam periode kepemimpinan mereka berdua.
Salah satu bentuk intervensi kebijakan pimpinan daerah
dalam melestarikan kerajinan tenun Nambo adalah dengan mewajibkan setiap hari
Kamis para Aparatur Sipil Negara (ASN) lingkup Pemerintah kabupaten Banggai memakai
Tenun Nambo dan pada moment-moment hari –hari besar lainnya seperti hari ulang
tahun Kabupaten Banggai semua peserta upacara menggunakan Tenun Nambo.
Intervensi ini tentunya diharapkan dapat menggerakkan
sektor riil usaha kecil menengah (UKM) disektor kerajinan tradisional yang
nantinya akan berimplikasi positif pada peningkatan perekonomian masyarakat.
Salah satu upaya lainnya yang dilakukan oleh Pemerintah
daerah dengan membangun Branding yang kuat terhadap
keberadaan Tenun Nambo dengan upaya melakukan promosi tenun Nambo pada setiap
iven iven festival baik skala lokal, regional, nasional dan mancanegara.
Kegiatan kegiatan seperti Indonesia Fashion Week yang
merupakan salah satu ajang peragaan busana terbesar di Indonesia juga
memamerkan Tenun Nambo hasil karya desainer ternama Riyanti Utami yang berasal dari kota Yogyakarta.
Upaya promosi Tenun Nambo ke Mancanegara juga dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten Banggai dengan ikut serta pada ajang New York Fashion
Week di Amerika Serikat.
Dari berbagai pengembangan dan inovasi terhadap tenun
Nambo, kini kain tenun Nambo telah memiliki berbagai corak dan motif yang
merupakan perpaduan nuansa lokal dan ciri khas Kabupaten Banggai seperti :
motif burung Maleo, Cardinal Fish, pasula, tampok, sayur lilin, baje-baje,
kelapa dalam dan motif-motif lainnya.
Bentuk lain dari pengembangan tenun Nambo kini bukan hanya
dalam bentuk pakaian namun telah mengalami diversifikasi produk produk
kerajinan lainnya seperti sepatu, tas, dan dekorasi rumah berbahan dasar kain
tenun Nambo.
Salah satu bentuk
kebijakan lainnya dalam mendukung pengembangan industri Tenun Nambo agar nantinya
dalam pengembangannnya mempunyai arah dan tujuan serta kebijakan pengembangan
yang lebih fokus dan terarah.
Pemerintah
Kabupaten Banggai pada tahun 2018 bekerjasama dengan Perguruan Tinggi lokal
Universitas Muhammadiyah Luwuk melaksanakan kegiatan kajian penelitian tentang Pengembangan
Usaha Tenun Nambo di Kabupaten Banggai.
Kerjasama penelitian ini diinisiasi oleh Bappeda Litbang
Kabupaten Banggai selaku perangkat daerah yang bertanggung jawab membantu
Bupati Banggai dalam hal tugas penelitian dan pengembangan serta inovasi
daerah.
Pelibatan Perguruan Tinggi dalam kerjasama penelitian
tentunya diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih obyektif dan rasional
terkait pengembangan Tenun Nambo baik itu dari sisi perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan evaluasi usaha Tenun Nambo termasuk solusi konkrit berupa
rekomendasi kepada Pemerintah Daerah dalam mengembangkan Tenun Nambo pada
waktu-waktu mendatang.
Dari kajian tim akademisi Universitas Muhammadiyah Luwuk
dengan menggunakan alat analisis SWOT (Strength,
Weaknness, Oppurtunities dan Thereats) dapat disampaikan hasil penelitian
sebagai berikut :
- Dari sisi bahan baku berupa Benang Sutra, katun, Masres, Kain, Benang dan Pewarna,pengrajin memesan dari luar Kabupaten Banggai.
- Adanya kebijakan pemerintah daerah yang mewajibkan seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) lingkup pemerintah kabupaten Banggai memakai tenun Nambo pada setiap hari kamis disambut gembira oleh para pengrajin lokal dan pelaku usaha tenun Nambo di Kabupaten Banggai, karena dengan kebijakan tersebut omset penjualan tenun Nambo para pengrajin. Bahkan kondisi terkini, para pengrajin lokal tenun Nambo kewalahan dalam memenuhi permintaan konsumen untuk memesan Tenun Nambo.
- Dari sisi teknologi produksi umumnya pengrajin menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) dalam proses pengerjaan produksi kain tenun Nambo.
- Dari Sisi permodalan berasal dari 3 (tiga) sumber yakni: bantuan dari Pemerintah Kabupaten Banggai berupa Alat Tenun dan Permodalan, bantuan dari Kementerian terkait dan modal yang bersumber dari pribadi pengrajin.
- Dari sisi Pemasaran, umumnya pengrajin tenun Nambo mendapatkan pendapatan sebesar 5 juta -8 juta/bulan dengan menggunakan konsep pemasaran massal dan pesanan. Lokasi pemasaran berasal dari dalam dan luar daerah dengan menggunakan model promosi seperti: Poster/Banner, promosi secara lisan dan dengan mengikuti berbagai ivent pameran.
- Tenaga kerja yang digunakan berkisar antara 5-8 orang pada setiap sentra pembuatan tenun di Kecamatan Nambo. Tenaga kerja tersebut juga telah mendapatkan pelatihan menenun di luar daerah Kabupaten Banggai yakni di Kota Cirebon.
- Hambatan dan tantangan dalam pengelolaan Tenun Nambo umumnya berada pada 4 (empat) permasalahan yakni : ketersediaan modal, bahan baku,tenaga kerja dan Pemasaran.
- Model perencanaan dan pengembangan usaha tenun Nambo yang direkomendasikan oleh pihak Universitas Muhammadiyah Luwuk adalah:
- Perlunya pelatihan membuat tenun Nambo kepada anak usia sekolah yang dimasukkan dalam kegiatan
ekstrakurikuler.
- Perlunya pelibatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan kalangan akademisi dalam hal perencanaan
program dan model pemasaran Tenun Nambo.
- Menjadikan Kain Tenun Nambo sebagai cinderamata khas
Kabupaten Banggai dan peningkatan diversifikasi produk Tenun Nambo kedalam
bentuk lain seperti: cinderamata, syal, sarung dan produk produk khas lainnya
berbahan dasar kain Tenun Nambo.
- Perlunya penambahan model pelatihan dalam bentuk
pengiriman tenaga kerja untuk mengikuti pelatihan menenun di sentra sentra
tenun terbaik di Indonesia, sehingga skill dan ketrampilan tenaga kerja lokal
dapat lebih terasah.
- Penambahan alat bantuan tenun kepada pengrajin lokal
tenun Nambo.
- Perlunya intervensi Pemerintah Desa/Kelurahan melalui
dana desa maupun dana kelurahan untuk memprogramkan pada setiap desa memiliki
alat tenun ikat.
- Adanya regulasi/ ketentuan peraturan perundang-undangan
baik dalam bentuk Perda, Perbup, Surat Edaran,Perkades dan regulasi lainnya
terkait model pengembangan tenun Nambo.
- Perlu adanya desa percontohan dengan konsep desa wisata
batik/tenunNambo.
- Dan dari Hasil perhitungan Analisis SWOT terhadap Pengembangan Tenun Nambo Strategi yang sesuai dalam mengembangkan Tenun Nambo adalah Strategi Agresif atau berada dalam kuadran I dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Strategi
SO
1. Membuat regulasi/aturan pemerintah tentang pengembangan
Kain Tenun Nambo.
2. Menjadikan Kain Tenun Nambo sebagai salah satu prioritas
program pemerintah yang harus dikembangkan.
3. Peningkatan skala produksi Kain Tenun Nambo serta
peningkatan mutu dan kualitas
4. Pengembangan Jaringan Distribusi yang lebih luas.
5. Peningkatan kegiatan pameran dan perlombaan membuat
desain/ motif kain tenun Nambo.
6. Memprogramkan tenun Nambo sebagai oleh-oleh Khas
Kabupaten Banggai.
7. Memprogramkan kunjungan wisatawan ke sentra pembuatan
kain tenun Nambo di Kecamatan Nambo.
b. Strategi
WO
1.
Pemerintah daerah mengupayakan adanya perlindungan hukum
dalam bentuk adanya Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) terhadap motif dan bahan
tenun Nambo. Hal ini dimaksudkan agar motif dan bahan tenun Nambo tidak dijiplak
oleh pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dari membludaknya pemesanan
kain tenun Nambo. Selain itu dengan adanya hak cipta dalam bentuk HAKI ini,
pemerintah Kabupaten Banggai bisa mendapatkan keuntungan dari royalti yang akan
didapatkan oleh pemerintah dan pengrajin lokal apabila ada pihak luar yang
ingin meniru bahan dan motif kain Tenun Nambo.
Dan
kondisi terkini, pihak Dinas Perdagangan Kabupaten Banggai telah melakukan
upaya-upaya pengurusan HAKI tenun Nambo ini pada kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia.
2. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia terkait dengan
teknologi sehingga mampu menerima dan mengembangkan berbagai informasi secara
maksimal.
3. Peningkatan pengembangan ketrampilan kaitannya dengan
kreativitas dan inovasi motif kain Tenun Nambo.
4. Meningkatkan pembelajaran membatik/menenun sebagai bahan muatan pembelajaran lokal untuk
menumbuhkan rasa ketertarika terhadap kain tenun Nambo dikalangan generasi muda.
5. Kerjasama dengan para perancang busana/designer baik
dalam maupun luar daerah agar wilayah pemasaran kain tenun Nambo menjadi lenih luas.
6.
Adanya pelatihan
promosi hasil produk tenun Nambo melalui media internet dan pemanfaatan media
sosial lainnya (Facebook,Instagram, Whats
Up, Twitter, dll.
7.
Adanya Showroom khusus yang menjual kain Tenun Nambo yang
terletak di pusat Kota Luwuk.
8.
Pembentukan
Koperasi Tenun Nambo yang bertujuan untuk mengurangi permasalahan dalam
pengembangan tenun Nambo baik dari sisi permodalan, bahan baku, tenaga kerja
dan proses pemasaran.
Demikian ulasan kami tentang pengembangan tenun Nambo,
semoga dapat bermanfaat, dan bagi pihak yang ingin mengetahui secara lebih
rinci hasil penelitian ini dapat berkunjung ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kabupaten Banggai, karena dokumen hasil penelitian ini telah menjadi salah satu
bahan koleksi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Banggai.(*)
ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
BalasHapushanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^